Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

Nama Lain Malam Nishfu Sya'ban

Oleh : @UstadzKembar Sesungguhnya para malaikat itu memiliki 2 hari raya, yaitu : 1. Lailatul Qadar 2. Lailatul Mubarakah (Nishfu Sya'ban) Tersebut oleh sebagian Ulama, setidaknya ada 22 nama lain dari malam Nisfu Sya’ban, beberapa diantaranya : - Lailatut Takfiir As-Subki dalam tafsirnya, “Sungguh malam Nishfu Sya’ban menutup dosamu setahun dan malam Lailatul Qadar menutup dosa seumur hidup”. - LaIlatul Hayat Diriwayatkan Al-Mundziri dengan marfu, “Barang siapa yang menghidupkan 2 malam hari raya dan malam Nishfu Sya’ban tidaklah akan mati hatinya pada harinya hati-hati ini mati”. - Lailatusy Syafa’at Sesungguhnya Nabi SAW meminta kepada Allah SWT pada malam ke-13 akan syafa’at kepada umatnya lalu Allah memberinya sepertiga, beliau minta lagi kepadaNYA pada malam ke-14 lalu Allah memberinya dua pertiga dan beliau minta lagi pada malam ke-15 lalu Allah memberinya seluruhnya, kecuali orang yang bermaksiat, lari melepaskan diri dari Allah. - Lailatul Maghfirah Diriwayatk

Hidupkan Malam Nishfu Sya'ban

Oleh : @UstadzKembar Malam nishfu Sya’ban merupakan malam yang paling utama setelah Lailatul Qadr. Sangat dianjurkan menghidupkan malam tersebut dengan memperbanyak do’a, sebab do’a malam tersebut mustajab. Juga dengan dzikir, shalawat, istighfar dan shalat sunnah, awwabin, shalat tasbih, ziarah, sedekah, sillaturrahim dan lainnya. Amaliyah yang biasa dilakukan oleh umat Islam adalah membaca surat Yasin 3x setelah shalat Maghrib, lalu membaca doa Nishfu Sya'ban. Adapun niat pada setiap bacaannya : 1. Memohon kepada Allah agar diberikan umur yang panjang dalam keta’atan dan kekuatan iman. 2. Memohon kepada Allah agar di jaga dari segala macam bala’ (penyakit) serta memohon agar segala hajatnya dikabulkan oleh Allah. 3. Memohon kekayaan hati kepada Allah serta husnul Khatimah (wafat dalam keadaan baik). Pembacaan Yasin ini dianjurkan para ulama, karena memang membaca Al-Qur’an adalah hal yang sangat baik pada malam itu. Jika berhalangan membacanya maka boleh diganti membac

Malam Nishfu Sya'ban Hari Raya Malaikat

Oleh : @UstadzKembar Esok malam adalah salah satu malam dimana para Malaikat Allah yang tiada terhingga jumlahnya, berbondong-bondong hilir mudik memenuhi dengan sesak bumi dan langit dunia. Malam itu dibagi-bagikannya rahmat Allah Yang Maha Luas dan diangkatnya laporan amal-amal seluruh manusia. Diriwayatkan : عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ . Artinya: "Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah SAW bersabda: “Apabila telah datang malam Nishfu Sya’ban, maka beribadahlah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya, sesungguhnya (rahmat) Allah turun pada malam itu ke langit dunia ketika t

Jangan Tunda Amal Baik

Oleh : @UstadzKembar Ada seorang ulama Khurasan, yang bernama Abul Hasan Ali Al-Busyanji yang begitu luas keilmuannyam Suatu saat, ketika beliau sedang mandi, ia berteriak memanggil muridnya seraya berkata, "Ambilkan bajuku dan segera berikan kepada Fulan." "Mengapa Anda tidak memberikan pakaian itu nanti setelah keluar dari kamar mandi?" tanya si murid. "Saat ini dalam hatiku terbesit keinginan untuk memberikan pakaian itu kepada Fulan.  Jika kutunda sampai keluar dari kamar mandi, aku khawatir, niat baikku ini akan berubah," jawabnya. Sobat Kembar, akuilah ... betapa sering kita gagal melakukan sedekah hanya karena kita menundanya. Di samping itu, Memang hati kita juga mudah berubah-ubah. Anas bin Malik RA menyatakan bahwa Rasulullah SAW sering membaca doa berikut: يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ "Wahai Yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku dalam agama-Mu."  (HR Tirmidzî) Dan demi menyelamatkan n

Jejak Cinta Sandal Rasulullah SAW

Oleh : @UstadzKembar Martabat dan derajat Rasulullah SAW terlalu tinggi. Maka apapun yang terikat oleh beliau SAW maka ikut naik derajat dan termuliakan. Dinukilkan di Al-Quran, Nabi Musa Kalamullah sering kali bermunajat di Bukit Tursina dan memerima wahyu langsung dari Allah SWT. Namun, jelang tiba di bukit Tursina, diperintahkan kepada Nabi Musa : إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى (١٢) "Sungguh, Aku adalah Tuhanmu, maka lepaskan kedua terompahmu. Karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci, Thuwa." (QS Thaahaa 12) Berbeda dengan sandalnya Rasulullah SAW, yang pernah menapak hingga ke Sidratul Muntaha dan melewati batas langit ke-7. Di saat Rasul SAW Mi’raj naik ke hadhratullah tidak di perintah membuka kedua sandalnya. Para penyair dalam syairnya: "Manakah yang lebih mulia, apakah Jibril atau sandal Rasulullah SAW?" "Malaikat Jibril tidak bisa naik ke hadhratul qudus, tapi sandalnya Rasulullah

AADS (Ada Apa Dengan Sya'ban)

Oleh : @UstadzKembar Saat ini kita telah memasuki bulan Sya'ban, yaitu bulan persiapan menuju Ramadhan. Imam Abu Bakar Al-Balkhi mengatakan : شَهْرُ رَجَب شَهْرُ الزَّرْعِ، وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سُقْيِ الزَّرْعِ، وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ حَصَادِ الزَّرْعِ. Bulan Rajab adalah bulan untuk menanam dan Sya’ban adalah bulan untuk menyirami tanaman, sementara bulan Ramadhan adalah bulan untuk memetik hasil panen.” Diantara amal shalih yang dianjurkan di bulan ini adalah puasa. Dari A’isyah RA, beliau mengatakan, لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ “Belum pernah Nabi SAW berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (HR. Al Bukhari dan Muslim) Bulan ini merupakan dilaporkannya amal shalih kita. Dari Usamah bin Zaid RA, beliau bertanya: ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَ

Replika Cincin Nabi Muhammad SAW

Oleh : @UstadzKembar Imam Ibnul Qayyim meriwayatkan tentang salah satu bentuk Cincin Rasulullah SAW, bahwa dahulu setelah kembalinya Sang Nabi dari Hudaibiyyah, beliau SAW menulis surat kepada para Raja di sebrang-sebrang negri. Ketika beliau hendak menulis surat kepada raja Romawi maka ada yang mengatakan kepadanya SAW, ”Sesungguhnya mereka (para raja) tidak akan membaca suatu surat kecuali apabila dibubuhi tanda (stempel).” Maka beliau saw menjadikan cincinya yang terbuat dari perak yang diatasnya terdapat ukiran terdiri dari tiga baris. Muhammad pada satu baris, Rasul pada satu baris dan Allah pada satu baris yg paling atas. Beliau pun memberi stempel surat-surat yang dikirimkan kepada para raja dengannya serta mengutus 6 orang pada satu hari di bulan Ramadhan tahun 7 H. (Zaadul Ma’ad, juz I hal 119 – 120). Jadi inilah Simbol penuh dengan keluhuran dan kewibawaan, Simbol Stempel Nabi Muhammad SAW. Namun miris, saat ini orang melihat simbol ini dengan rasa benci, karena dibilang

Jum'at Terakhir Rajab

Oleh : @UstadzKembar Sobat Kembar, hari ini adalah jum'at terakhir Rajab yang mulia. Ada satu amalan para Ulama Salaf yg baik, bahwasanya barangsiapa yang membaca : احمد رسول الله محمد رسول الله ٣٥x Ahmadu Rasulullah, Muhammadur Rasuulullah. 35 x Artinya: Ahmad utusan ALLAH, Muhammad utusan ALLAH ( 35x  ) Di baca di Jum'at terakhir bulan Rajab ketika khatib duduk diantara dua khutbah, atau dibaca ketika khotib membaca doa di khutbah kedua. Maka kantongnya tidak akan pernah kosong dari rizki sepanjang tahun, dan akan dijauhkan dirinya dari kemiskinan. Ditambahkan oleh Guru kami Fadhiilatusy Syaikh KH Misbaahul Anam At-Tijaaniy Disebutkan di dalam kitab Hayat Hayawanul Kubra - (Syaikh Kamaluddin Muhammad bin 'Isa Ad-Damiri) "Siapa yang menulis احمد رسول الله محمد رسول الله Ahmad Rasulullah Muhammad Rasulullah (tulisan Arab) Di hari Jum'at terakhir bulan Rajab dan melihat tulisan itu setiap pagi setelah shalat shubuh. Insya Allah akan sering melihat Ras

Perginya Ilmu

Oleh : @UstadzKembar Rasulullah SAW bersabda : خُذُوا الْعِلْمَ قَبْلَ أَنْ يَذْهَبَ ” ، قَالُوا : وَكَيْفَ يَذْهَبُ الْعِلْمُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ، قَالَ:إِنَّ ذَهَابَ الْعِلْمِ أَنْ يَذْهَبَ حَمَلَتُهُ Artinya: “Ambillah (Pelajarilah) ilmu sebelum ilmu pergi! Sahabat bertanya: Wahai Nabiyullah, bagaimana mungkin ilmu bisa pergi (hilang)?” Rasulullah SAW menjawab, “Perginya ilmu adalah dengan perginya (wafatnya) orang-orang yang membawa ilmu (ulama)” (HR Ad-Darimi, At-Thabrani No 7831 dari Abu Umamah). Kita dapat hidup bersama para ulama adalah sebagian nikmat yang Agung selama di dunia. Semasa ulama hidup, kita dapat mencari ilmu kepada mereka, memetik hikmah, mengambil keteladanan dan sebagainya. Sebaliknya, ketika ulama wafat, maka hilanglah semua nikmat itu, ilmu pun pergi sepeninggal mereka dan tak kembali.  Sungguh, mushibah terbesar dan kehancuran bumi terparah adalah dengan meninggalnya para ulama (Tafsir Ibnu Katsir 4/472) Jika ada pejabat, dokter, jendral, pengusaha

Berlomba Naik Derajat

Oleh : @UstadzKembar Imam Al-Qusyairi meriwayatkan ada 2 orang shalih yang senantiasa berlomba dalam kebaikan. Suatu hari di kota Baghdad, Syeikh Sumnun menyaksikan seseorang yang mendermakan 40ribu dirham kepada kaum fakir. Syeikh Sumnun pun berkata kepada shahabatnya Abu Ahmad: "Hai Abu Ahmad, perhatikanlah, berapa banyak uang yang telah ia dermakan, betapa banyak amal shalih yang telah ia kerjakan? Sedangkan kita tidak punya apa-apa untuk didermakan. Mari kita pergi ke suatu tempat untuk melakukan shalat sunah sejumlah dirham yang telah ia dermakan." Keduanya lantas melakukan perjalanan ke berbagai kota dan selama perjalanan mereka terus memperbanyak shalat sunah, di setiap kota yang mereka kunjungi hingga mereka mampu melakukan shalat sunah 40ribu rakaat. Subhanallah, Kaum shalihin terdahulu haus akan akhirat. Mereka senantiasa berlomba-lomba untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah.  Mereka tidak mau kalah.  Karena itulah, dalam kisah di atas kita melih

Hujan Berkah Di Baitullah

Oleh : @UstadzKembar Ada seorang guru yang sangat alim dan kharismatik di kalangan kaum Wahabi, yaitu Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa’di, yang dikenal dengan julukan Syaikh Ibnu Sa’di. Ia memiliki banyak karangan, di antaranya yang paling populer adalah karyanya yang berjudul, Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, kitab tafsir setebal 5 jilid, yang mengikuti manhaj pemikiran Wahabi. Meskipun Syaikh Ibnu Sa’di, termasuk ulama Wahabi yang ekstrim, ia juga seorang ulama yang mudah insyaf dan mau mengikuti kebenaran, dari manapun kebenaran itu datangnya. Suatu ketika, al-Imam al-Sayyid ‘Alwi bin Abbas al-Maliki al-Hasani (ayahanda Abuya al-Sayyid Muhammad bin ‘Alwi al-Maliki) sedang duduk-duduk di serambi Masjid al-Haram bersama halaqah pengajiannya. Sementara di bagian lain serambi Masjidil Haram tersebut, Syaikh Ibnu Sa’di juga duduk-duduk. Sementara orang-orang di Masjidil Haram larut dalam ibadah shalat dan tawaf yang mereka lakukan. Pada saat itu, langit di ata