Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

Nasehat Shohib Simtud Duror

Al Habib Al Imam Ali Bin Muhammad bin Hussein Al Habsyi (Penyusun Kitab Maulid Simthud Duror [Untaian Mutiara] - Shohibul Haul Solo): ''Aku menasihati kalian Demi Allah untuk menunjukkan kebaikan kepada Ahlul Bait / keluarga dari Rasulullah ﷺ. Jika melakukan hal ini, Kalian akan mencapai sukses besar, derajat yang tinggi dan kebahagiaan yang hakiki. Menunjukkan kebaikan kepada mereka adalah untuk menunjukkan kebaikan kepada kakek mereka ﷺ , dan sungguh tak ada kata-kata yang dapat menggambarkan kebesaran jika kalian menunjukkan kebaikan kepadanya ﷺ. Maka cintailah mereka, tunjukkan kebaikan kepada mereka dan mengikuti bimbingan mereka. Mencintai mereka sepenuh hati dan memberi mereka kebaikan lebih diutamakan daripada mencintai segala manusia lain yang paling Anda kasihi. Jika Anda melihat mereka melakukan sesuatu yang mungkin menyebabkan Anda memiliki pendapat buruk pada mereka, maka carilah interpretasi (pandangan) yang baik dari hal itu. Waspadalah terhadap lisan  kal

Menangisnya Pohon Kurma

Oleh : @UstadzKembar فَلَمَّا كَانَ يَومُ الجمُعة قَعَدَ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم على المِنْبَرِ، فَصَاحَتْ صياح الصَّبيِّ . فَنَزَلَ النَّبي ، حتَّى أخذَهَا فَضَمَّهَا إلَيْهِ، فَجَعلَتْ تَئِنُّ أنِينَ الصَّبيِّ الَّذي يُسكَّتُ حَتَّى اسْتَقرَّتْ Ketika datang hari Jum'at, Nabi saw. duduk di atas mimbar lalu berteriaklah batang pohon kurma itu lalu menjerit bagaikan jeritan anak kecil, lalu Nabi saw. turun sehingga dapat memegangnya kemudian memeluknya. la merintih bagaikan rintihan anak kecil yang perlu didiamkan, sehingga akhirnya tenanglah ia. (HR.Bukhari - Riyadus Shalihin 1831) Pada suatu Jumat, ketika Rasulullah memberikan khutbah, warga Madinah digemparkan dengan suara tangis yang amat pilu dan tak kunjung henti. Ternyata, ada sebuah pohon kurma yang menangis. Sejak Masjid Nabawi berdiri, pohon kurma itu telah di sana. Pohon itu selalu menjadi sandaran Nabi setiap Beliau memberikan khutbah. Dikarenakan ada seseorang yang menawarkan sebuah mimbar dari kayu unt

Cara Mendapatkan Anak Yang Sholeh dan Sholehah

Oleh : @UstadzKembar Alhabib Umar bin Hafidz mengasuh Darul Musthafa untuk kalangan santri, dan Daruz Zahra untuk kalangan santriwati. Suatu ketika ada santriwati Daruz Zahra bertanya kepada Ibunda dari Al-Habib Umar bin Hafidz, “Ya Hubabah Zahra, bagaimana caranya engkau mendapatkan anak-anak yang sholeh seperti beliau-beliau ini ? (yaitu: Al habib Ali Al-Masyhur bin Hafidz, Al habib Ahmad ‘Athas bin Hafidz dan Alhabib Umar bin Hafidz)”. Hubabah menjawab dengan singkat, “Sholehkan dirimu dulu, baru kamu akan mendapatkan anak-anak yang sholeh”. Subhanallah! Jawaban yang sangat sederhana tapi begitu berbobot dan penuh hikmah. Mungkin hal ini yang sering kita lalaikan, kita terlalu sibuk untuk menuntut dan memohon anak yang sholeh/sholehah, tapi lupa untuk memantaskan diri untuk menjadi pribadi yang sholeh. Semoga juga kita bisa menjadi calon ibu dan calon ayah yang sholeh dan sholehah, sehingga anak-anak kita nantinya insyaAllah menjadi sholeh dan sholehah pula. Amin Yaa Rabba

Nama - Nama Mulia Rasulullah SAW

oleh : @UstadzKembar Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya bagiku ada beberapa nama, Yaitu: Aku Muhammad, aku Ahmad dan aku al-Mahi, maksudnya: dengan jalan aku, Allah membasmi kekafiran. Aku juga digelari al-Hasyir, yang maksudnya: umat manusia dihimpun di belakangku. Akupun digelari al-`Aqib (penerus para Nabi)" al-Aqib adalah yang tiada diiringi di belakangnya oleh hadirnya seorang Nabi." (Diriwayatkan oleh Sa'id bin `Abdurrahman al Makhzumi dan lainnya, dari Sufyan, dari az-Zuhri, dari Muhammad bin Jabir bin Muth'im bin `Adi*, yang bersumber dari bapaknya) * Muth'im bin `Adi adalah pembesar kota Mekkah. "Aku bertemu dengan Nabi saw. pada suatu jalan di Madinah. Ia bersabda: "Aku Muhammad, aku Ahmad, aku Nabiyur-Rahmah (Nabi pembawa Rahmat) dan aku Nabiyut-Thaubah (Nabi pengajar Taubah). Aku al-Muqaffi (yang datang mengikuti jejak para Nabi). Aku al-Hasyir dan Nabiyul-Malahim (Nabi yang mengalami beberapa peperangan)." (Diriwayatkan

Cinta Nabi Bukanlah Syirik

Oleh : @UstadzKembar Suatu ketika seorang Habib dari Hadramaut ingin menunaikan ibadah haji dan berziarah ke kakeknya Rasulullah SAW. Seorang Sulthan di Hadramaut, kerabat Habib tersebut, menitipkan Al-Qur’an buatan tangan yang terkenal keindahannya di jazirah Arab pada saat itu untuk disampaikan kepada raja Saudi. Sesampai di Saudi, Habib tersebut disambut hangat karena statusnya sebagai tamu negara. Setelah berhaji, beliau ziarah ke makam Rasulullah. Karena tak kuasa menahan kerinduannya kepada Rasulullah, beliau memeluk turbah Rasulullah. Beberapa pejabat negara yang melihat hal tersebut mengingkari hal tersebut dan berusaha mencegahnya sambil berkata, “Ini bid’ah dan dapat membawa kita kepada syirik.” Dengan penuh adab, Habib tersebut menurut dan tak membantah satu kata pun. Beberapa hari kemudian, Habib tersebut diundang ke jamuan makan malam raja Saudi. Pada kesempatan itu beliau menyerahkan titipan hadiah Al Quran dari Sulthan. Saking girang dan dipenuhi rasa bangga, Raja Sa

Keluhuran Akhlaq Sang Nabi

Suatu hari Baginda Nabi sedang duduk-duduk dengan para sahabatnya menunggu saat shalat tiba. Sahabatnya yang baru saja pulang dari pesta makan daging. Maka terciumlah bau yang kurang sedap dalam majelis itu. Rasulullah menyadari bahwa bau-bauan itu disebabkan oleh uap napas seseorang akibat makan daging yang berlebihan. Rasulullah juga menyadari bahwa orang yang bersangkutan ada dalam kedudukan sulit sekali. Mereka tentulah sudah berwudhu semua. Karena sebentar lagi akan shalat berjamaah. Kalau orang yang berbau kurang sedap itu beranjak seorang diri pergi berwudhu’, ketahuanlah dia sumber bau kurang sedap itu. Tentu dia bisa jadi malu dan gelisah. Beliau menginginkan pelaku yang sebenarnya merasakan pahit getir kesalahannya itu, tanpa diketahui oleh banyak orang. Rasulullah SAW melepaskan pandangannya kepada semua yang hadir, seraya memerintahkan : “Siapa yang makan daging tadi hendaknya berwudhu!” "Semuanya telah memakan daging ya, Rasulullah!," jawab para sahabat. La

Siapa Ayahmu

Duhai anak, apakah kau tidak mengingat Bagaimana kau bisa tumbuh sebesar ini Tulang belulangmu menguat dari keringatnya Dagingmu menebal dari lelah dan perjuangannya Hidupmu adalah dari pengorbanan hidupnya Hatimu tegar dan semakin dewasa karena lisan mulianya yg mendoakanmu dgn ikhlasnya Seandainya hidupmu dan hidupnya ribuan tahun, Dan engkau seorang hartawan, Lalu kau angkat beliau ribuan kali ibadah haji, Dan kau gendong beliau thawaf ribuan kali, Semua itu masih belum bisa membayar setetes keringatnya yg keluar dlm membesarkanmu Takkan terganti sampai kapanpun dan dgn apapun Dialah Syurgamu, Dialah Ayahmu, Padamu mengalir darahnya, Suaranya yg pertama menghantarmu mengenal Allah, Namamu selalu ada dlm setiap kidung doanya, Padanyalah jembatan menuju RidhaNYA "Jagalah selalu kecintaan dari ayahmu dan janganlah engkau memutuskannya, krn Allah SWT akan memadamkan cahaya dari padamu".(HR. Bukhari) رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبّ