Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Dunia Bagai Tetesan Madu

Oleh : @UstadzKembar Mari kita gali hikmah dari hikayat singkat tentang semut dan tetesan madu. Setetes madu jatuh di atas tanah. Datanglah seekor semut kecil, perlahan-lahan dicicipinya madu tersebut. Hmmm... manis. Lalu dia beranjak hendak pergi. Namun rasa manis madu sudah terlanjur memikat hatinya. Dia pun kembali untuk mencicipi lagi, sedikit saja. Setelah itu barulah dia akan pergi. Namun, ternyata dia merasa tidak puas hanya mencicipi madu dari pinggir tetesannya. Dia pikir, kenapa tidak sekalian saja masuk dan menceburkan diri agar bisa menikmati manisnya, lagi dan lagi. Maka masuklah sang semut, tepat di tengah tetesan madu. Ternyata? Badan mungilnya malah tenggelam penuh madu, kakinya lengket dengan tanah. Dan... Tentu saja tak bisa bergerak. Malang nian, dia terus seperti itu hingga akhir hayatnya. Mati dalam kubangan setetes madu. Demikianlah analogi sederhana tentang dunia dan pecinta dunia, sebagaimana diperumpamakan dalam sebuah pepatah Arab : ﻣﺎ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺇﻻ ﻗﻄﺮ

Dunia Itu Murah

Oleh : @UstadzKembar Syaikh Syaqiq Al-Balkhi dalam perjalanan ke Makkah, untuk menunaikan ibadah Haji. Ketika sampai di kota Baghdad, Sulthan Harun Ar-Rasyid memanggilnya untuk menghadap. “Berilah petuah kepadaku,” perintah Harun. “Jika demikian, dengarkanlah!” Syaikh Syaqiq memulai. “Allah Yang Maha Besar telah memberi kepadamu kedudukan Abu Bakar dan Dia menghendaki kesetiaan yang sama darimu. Allah telah memberi kedudukan Umar dan Dia menghendaki engkau dapat pula membedakan kebenaran dari kepalsuan. Allah telah memberimu kedudukan Utsman dan Dia menghendaki agar engkau juga bersikap sederhana dan mulia. Allah telah memberikan kepadamu kedudukan Ali yang diberkahi-Nya dan Dia menghendaki agar engkau bersikap bijaksana dan adil pula.” “Lanjutkanlah!” pinta Harun. “Seandainya engkau hampir mati kehausan di tengah padang pasir dan pada saat itu ada seseorang menawarkan seteguk air, berapakah harga yang berani engkau bayar untuk mendapatkan air itu?” “Berapa pun yang dimintanya,”

Ridha Atas KetetapanNYA

Oleh : @UstadzKembar Salah satu tugas besar kita sebagai hamba adalah menerima dan ridha atas semua Ketetapan dari Allah ﷻ‎. Mari kita simak dan petik hikmah dari kisah berikut ini : Suatu hari seorang suami membeli 'semangka' untuk istrinya... Buah semangka tersebut ternyata tak sesuai dengan harapanya, rasanya hambar. Dan sang istri pun marah. Suami itu menanggapi amarah istrinya  dengan tenang, lalu bertanya dengan halus, "Kepada siapakah engkau marah wahai istriku..? Kepada pedagang buahkah ..? Kepada pembelinyakah..? Atau kepada petani yang menanamnya..? Ataukah pada yg menciptakan buah semangka itu...???" Si istri terdiam... Sembari tersenyum, suami itu melanjutkan perkataannya, "Seorang pedagang tidak menjual sesuatu kecuali yang terbaik... Seorang pembeli pun pasti membeli sesuatu yang terbaik pula..! Begitu pula seorang petani, tentu saja ia akan merawat tanamannya agar bisa menghasilkan yang terbaik..! Maka sasaran kemarahanmu berikutnya

Keutamaan Qurban

Oleh : @UstadzKembar Cinta adalah fitrah yang dimiliki manusia Siapapun rela berkorban demi cintanya Demikian bukti cinta kepada Allah ﷻ‎ Yakni dengan berkurban, Mempersembahkan sesuatu untuk Allah ﷻ‎ Sekuat apa cintanya kepada Allah ﷻ‎, maka sebesar itulah kurban yang dipersembahkan. Nabi ﷺ bersabda, “Tidaklah anak Adam melakukan suatu amalan pada hari Nahr ('Idul Adha) yang lebih dicintai oleh Allah melebihi mengalirkan darah (qurban), maka hendaknya kalian merasa senang karenanya.” (HR. Tirmidzi) Salah satu syi’ar Islam terbesar yang serempak dilakukan di seluruh penjuru negeri kaum muslimin. Sebagai simbol pendekatan diri kepada Allah ﷻ‎, sedekah dan kasih sayang kepada fakir miskin, juga lambang pengorbanan dan kesabaran, serta penyembelihan dari keburukan dan berbagai penyakit hati. Qurban adalah risalah agama tentang berbagi, "Allah tidak akan menerima daging-daging dan darah-darah hewan kurban mereka akan tetapi yang Allah terima adalah ketaqwaan dari kalian&

Idul Adha Al-Mubarak 1437 H

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ, اللَّهُ أَكْبَرُ ۞ لاَ إِلَهَ إَلاَّ اللهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ ۞ اللَّهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ ۞ Idul Adha disebut juga Idul Qurban, karena untuk mengenang "Pengorbanan": ~Seorang Ayah bernama Nabi Ibrahim, ~Seorang Ibu bernama Sayyidah Hajar, dan ~Seorang Anak bernama Nabi Ismail.  Berqurban itu hakikatnya adalah mempersembahkan yang kita cinta untuk Yang Maha Pencipta Tercinta karena CINTA. Nabi Ibrahim mempersembahkan qurban yang ia cintai, yakni putranya Nabi Ismail teruntuk Allah. Dan sejatinya beliau tidak diperintah Allah untuk membunuh Nabi Ismail, akan tetapi Nabi Ibrahim hanya diminta Allah untuk membunuh rasa 'KEPEMILIKAN' terhadap Ismail. Karena hakekatnya semua adalah milik Allah... Semoga Allah menganugrahkan KESHALIHAN Nabi Ibrahim, KEIKHLASAN Sayyidah Hajar, dan KETAATAN Nabi Ismail, serta KEBERKAHAN Baginda Nabi Muhammad kepada kita. Amin. تَقَـبَّـلَ اللّه مِنَّ وَ مِنكُم صَالِحَ الأعمَال نُحَنِّئُ

Jamuan Cinta Hari Arafah

Oleh : @UstadzKembar   Dalam baitnya, Imam Malik RA berkata : "Siapa yang tidak bisa wuquf (berdiam) di Arafah, Maka hendaklah dia wuquf (berdiam) pada hukum Allah (jangan melanggarnya), Siapa yang tidak dapat bermalam di Muzdalifah, Hendaklah dia bermalam dalam keadaan taat kepada Allah agar taatnya dapat menjadi perantara kedekatannya, Siapa yang tidak bisa menyembelih hewan kurbannya di Mina, Hendaklah ia menyembelih hawa nafsunya agar tercapai "Munaa" (cita-citanya), Siapa yang tidak dapat mencapai Al-Bait (Ka'bah) karena rumahnya yang jauh, Hendaklah ia menuju Rabb Al-Bait (pemilik Ka'bah yaitu Allah), sebab Dia lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya sendiri." Sang Maha Raja Maha Pencipta ﷻ‎ menyapu Arafah dengan Jamuan CintaNYA, menyambut dan memuliakan para TetamuNYA. Dan Allah pada hari ini memanggil para malaikatNYA berkumpul di langit Arafah, dan membangga-banggakan hamba-hambaNYA yg sedang wukuf, yang datang dengan sesungguh-sung

Kenapa Tarwiyyah? Kenapa Arafah?

Oleh : @UstadzKembar ‘Tarwiyyah’ (تروية) berasal dari perkataan ‘Rawa-yarwi’ (روى) yang berarti menceritakan, meriwayatkan, mengisahkan, memancarkan, melewatkan, mengantarkan, memikirkan, dan memberi minum. Imam Ibn Qudamah menjelaskan ada 2 alasan kenapa hari pada tanggal 8 Dzulhijjah dinamakan Hari Tarwiyyah. (Al-Mughni 3/249) Pertama: Di hari ke-8 Dzulhijjah, para jemaah haji setelah berihram, mereka ke Mina untuk bermalam dan keesokan harinya menuju Arafah. Ketika di Mina itu para jemaah biasa mempersiapkan air sebagai bekal untuk dibawa berwukuf di Arafah. Menyiapkan air ini diistilahkan ‘Yatarawwauna’ (يتروون), inilah mengapa hari ke-8 itu dinamakan Hari Tarwiyah. Kedua: Dinamakan “Tarwiyah” (Hari berfikir) karena di malam hari Tarwiyah itu Nabi Ibrahim mendapatkan mimpi pertama kali dari Allah ﷻ‎ untuk menyembelih putranya Nabi Ismail AS. Seharian beliau berfikir dan “tertanya-tanya” apakah perintah itu datangnya dari Allah ﷻ‎ atau dari syaitan “Bertanya-tanya” itu juga d

Puasa Sunnah Tarwiyah dan Arafah

Oleh : @UstadzKembar SobatKembar yang dimuliakan Allah, jangan lupa besok sudah jatuh tanggal 8 Dzulhijjah. Puasa sunnah pada tanggal 8 Dzulhijjah dinamakan puasa Tarwiyah dan pada tanggal 9 Dzulhijjah dinamakan puasa Arafah. Puasa sunnah Tarwiyah dan Arafah sangat dianjurkan bagi kaum Muslimin yang tidak menjalankan ibadah Haji, agar dapat turut merasakan kenikmatan ruhaniah seperti yang dirasakan oleh para jama’ah Haji. Adapun keutamaan puasa sunnah Tarwiyah (8 Dzulhijjah) dan Arafah (9 Dzulhijjah) berdasarkan beberapa hadist, diantaranya adalah: صَوْمُ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ كَفَّارَةُ سَنَةٍ، وَصَوْمُ يَوْمِ عَرفَةَ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ “Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan (dosa) satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun.” (HR. Ad-Dailami, As-Suyuthi, dan Ibn Hibban) Bacaan niat Puasa Tarwiyah : نويت صوم تروية سنة لله تعالى NAWAITU SHAUMA TARWIYAH SUNNATAN LILLAHI TA’ALA “ Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala.” Bacaan niat Puasa

4 Jaminan dari Baginda Rasulullah ﷺ

Oleh : @UstadzKembar 1. Bersabda Baginda Nabi ﷺ : "Barangsiapa melaksanakan Shalat Subuh maka ia berada dalam (jaminan) perlindungan Allah. Maka jangan sampai Allah menuntut kalian sesuatu apa pun pada jaminan-Nya. Karena barangsiapa yang Dia tuntut pada jaminan-Nya, pasti Dia akan mendapatkannya. Kemudian dia akan ditelungkupkan pada wajahnya di dalam Neraka.” (HR. Muslim) 2. Bersabda baginda Nabi ﷺ :  "Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi pada setiap selesai shalat wajib, maka tidak akan ada yang mencegahnya untuk masuk surga, kecuali kematian." (HR. An Nasa’i) 3. Membaca Sayyidul Istighfar : اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ. Bersabda Baginda Nabi Muhammad ﷺ : “Barangsiapa mengucapkannya di siang hari

Keistimewaan 10 Hari Pertama Dzulhijjah

Oleh : @UstadzKembar Dinamakan Dzulhijjah, karena dalam bulan tersebut terdapat syariat ibadah haji. Dahulu orang Arab melakukan ibadah haji sebagai bentuk pelestarian terhadap ajaran Nabi Ibrahim AS (Tahdzibul Asma’, 4/156). Lalu kemudian Islam datang dan menyempurnakannya sebagai syari'at dan bahkan Ibadah Haji menjadi Rukun Islam. Allah ﷻ‎ menganugrahkan kepada kita dalam setahun ada hari-hari yang mulia. Di antaranya 10 hari terakhir Ramadhan dan 10 hari pertama Muharram, termasuk 10 hari pertama Dzulhijjah yang kemuliaannyaa hanya bisa ditandingi dengan jihad. Dan bahkan Allah ﷻ‎ bersumpah demi kemuliaan 10 hari Dzulhijjah ini : وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ "Demi fajar dan malam yang sepuluh.” (QS Al Fajr: 2) Yang dimaksud dengan malam yang sepuluh adalah sepuluh malam Dzulhijjah. Dan yang dimaksud dengan kata ”fajar” adalah fajar pada hari nahr (Idul Adha) sebagai penutup keutamaan 10 Malam Dzulhijjah. Betapa besar keutamaannya terbukti, karena Allah ﷻ‎ menggunaka