Habis Gelap Terbitlah Terang
Oleh : @UstadzKembar
RA Kartini ternyata pernah belajar kepada Kyai Sholeh bin Umar Darat Semarang.
Kartini pernah bertanya kepada beliau;
“Kyai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al-Fatihah. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku. Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa para Ulama melarang penerjemahan Al-Quran ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran adalah bimbingan hidup bagi manusia?”
Padahal sebetulnya saat itu penjajah Belanda-lah yang melarang keras penerjemahan Al-Qur’an.
Kyai Sholeh Darat menjawab dengan menulis Kitab tafsir dan terjemahan Al-Qur’an yang diberi nama Faidhur-Rahman, kitab tafsir pertama di Nusantara dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab “arab gundul” (pegon Arab Jawi), sehingga tidak dicurigai penjajah. Lalu dihadiahkan kepada Kartini.
“Selama ini Al-Fatihah gelap bagiku. Aku tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari ini ia menjadi terang-benderang, sebab Romo Kyai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa yang kupahami", kesan Kartini.
Melalui Kitab itulah ia bertemu ayat yang begitu indah yaitu:
اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ
"Allah Pelindung orang yang beriman. DIA mengeluarkan mereka dari gelap menuju cahaya (iman)". (QS Al-Baqarah : 257)
Ini yang membuat surat menyurat Kartini banyak mengulang kata “Dari gelap menuju cahaya”. Dan inilah dasar dari judul buku “Habis gelap terbitlah terang”.
Pada akhirnya RA Kartini merasakan cahaya hidayahNYA. Dalam suratnya kepada Ny Van Kol, 21 Juli 1902, Kartini menulis;
"Saya bertekad memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga mendapat rahmat, dapat membuat yang lain memandang Islam sebagai agama yang disukai."
Lalu dalam surat ke Ny Abendanon, 1 Agustus 1903, Kartini pun menulis;
"Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah."
Selamat Hari Kartini
Duhai Srikandi-Srikandi Ilahi Rabbi
Salam Kembar
ADI & ALWI
Komentar
Posting Komentar