Sanggupkah Kita Membayangkannya?
IG : @Ustadz.Kembar
Saudaraku...
Bayangkan, bila Rasulullah SAW, yang kita selalu bershalawat baginya, tiba-tiba mengetuk pintu rumah kita, bertamu ke rumah kita. Mestinya kita akan rasakan karunia Ilahiyah tak terkira, kebahagian surgawi, ketentraman, kedamaian yang tak terbayangkan akan mengalir memenuhi jiwa raga kita.
Kita akan bersimpuh dihadapan Beliau SAW, memandangi wajahnya yang mulia dan mempesona, mencium lututnya yang suci, memeluk erat tubuhnya yang harum seakan takkan mau berpisah lagi. Kita akan membuka semua pintu lebar-lebar, mempersilahkan beliau masuk sambil bertakbir keras-keras agar yang lainnya mendengar, datang dan ikut merasakan kebahagiaan yang sangat istimewa.
Tapi… Akankah demikian ??
Atau barangkali kita akan tertegun tidak tahu apa yang mesti diperbuat, apa dan bagaimana, merasa kedatangan seorang tamu asing yang selama ini hanya kenal nama tidak lebih.
Terpaksa, kita akan meminta Sang Nabi menunggu sebentar di depan teras rumah.
Kita teringat bahwa perempuan di rumah kita tidak memiliki koleksi pakaian yang pantas untuk berhadapan dengan Nabinya.
Kita teramat malu, karena anak-anak kita pandai menyanyi tapi tidak bisa mengaji dan bershalawat bagi Nabinya.
Kita tersadar bahwa anak-anak kita yang pandai dan cerdas itu ternyata tidak paham sejarah Nabinya, tidak hafal nama keluarga dan para sahabat Nabinya, sementara mereka hafal nama artis, musisi, pemain bola baik luar negri maupun dalam negri.
Kita juga terpaksa menyulap pojok ruangan menjadi ruang sholat, karena selama ini tidak pernah terpikir perlunya ruang khusus untuk sholat dalam rangka mendidik anak-anak dan keluarga.
Belum lagi koleksi ensiklopedi dari berbagai pengetahuan yang terpajang indah di lemari kita dan tidak satupun buku pengetahuan kehidupan Nabi dan ajarannya.
Bagaimana mungkin kita menutupi semua itu, sementara Sang Nabi telah lama menunggu untuk dipersilahkan masuk ke dalam rumah kita ?
Beliau masih menunggu dengan setia dan penuh harap, sementara kita barangkali masih tenggelam tertegun, memendam rasa malu, karena selama ini telah menghabiskan seluruh perhatian atau sebagian besar waktu kita untuk mengejar kesenangan duniawi semata. Kepuasan hawa nafsu dan kebanggan pribadi.
Pada akhirnya kita menyadari betapa kita berada sangat jauh dari Nabi. Sholat kita, kehidupan kita, pekerjaan kita, ilmu kita, ibadah kita adalah semu. Semua itu kita lakukan tidak lebih sebagai adat kebiasaan dan bukan kesadaran atas sebuah keyakinan.
Kita terhenyak teringat Rasulullah yang telah lama berdiri menunggu di depan pintu, di beranda rumah kita.
Akankah kita sanggup membayangkan mendengar Nabi mengucap :
يَارَبِّ اِنَّ قَوْمِى اتَّخَذُوْا هٰذَا الْقُرْاٰ نَ مَهْجُوْرًا
"Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur'an ini (sesuatu yang layak ditinggalkan) diabaikan."
(QS. Al-Furqan 25: 30)
Ampuni kami semua Ya Allah, sudilah memandang dan menuntun kami sekali lagi... Amin Yaa Rabbal 'Alamin. Bulan Rabi'ul Awwal telah meninggalkan kami, jangan jadikan bayangan Nabi juga hilang meninggalkan gersangnya hati kami. Kami ingin berjumpa dengan Beliau Ya Allah... Kami rindu serindu-rindunya 😭🙏🏻🤲🏻
Salam Kembar
ADI & ALWI
Komentar
Posting Komentar